Opini Mahasiswa: Guru Pilar Nasionalisme Bangsa
“Ing ngarsa sung tuladha, Ing madya mangun karsa, Tut wuri handayani“
Kutipan di atas pasti sudah tidak asing terdengar. Terlebih di kalangan pelajar. Kutipan ini diinisiasi Bapak Pendidikan Indonesia yaitu Ki Hadjar Dewantara. Maksud dari kutipan itu kurang lebih begini “Di depan, seorang pendidik harus memberi teladan yang baik, di tengah atau di antara anak didiknya guru harus menciptakan prakarsa dan ide, sedangkan dari belakang seorang guru harus memberikan dorongan dan arahan. Guru yang baik adalah yang bicara dan perilakunya dapat ditiru oleh anak didiknya”. Sebaliknya, guru yang buruk adalah yang hanya sekadar mengajar tanpa dijiwai rasa kebanggaan akan profesinya yang bisa berkontribusi mencerdaskan kehidupan bangsa.
Pahlawan Tanpa Tanda Jasa
Di sisi lain, sebagian orang menganggap bahwa guru adalah sebuah pekerjaan dengan gaji yang kecil. Kebanyakan orang beranggapan menjadi guru adalah pekerjaan yang melelahkan dengan bayaran yang tidak seberapa. Memang benar, menjadi guru adalah sebuah pilihan yang mulia apalagi mengajar di daerah pelosok Indonesia. Akses internet, media pembelajaran, sarana dan prasarana sekolah yang masih sulit dijangkau. Tetapi, cita-cita mereka mulia, yaitu agar anak didiknya cerdas dan berdaya untuk Indonesia. Mereka mendidik manusia yang jika salah maka akan fatal akibatnya.
Terlebih untuk mendidik anak di zaman ini. Zaman era digital 4.0 yang sudah memasuki eranya internet dan digitalisasi. Tantangan yang semakin kompleks harus mampu dihadapi guru, dan harus mampu beradaptasi dengan teknologi baru agar tidak ketinggalan perkembangan zaman. Apalagi peraturan guru honorer resmi akan dihapus pada 28 November 2023 mendatang oleh pemerintah. Beberapa pihak ada yang pro dan kontra. Beban mengajar sudah berat, ditambah mengurus keluarga dan permasalahan lain yang dihadapi. Namun, hal itu tidak lantas menyurutkan langkahnya untuk terus mencerdaskan anak bangsa, supaya kelak dapat berguna bagi Indonesia. Kita berharap semoga kesejahteraan nasib guru akan cemerlang.
Menumbuhkan Nasionalisme
Rasa nasionalisme pada siswa akan tumbuh manakala gurunya berperilaku baik di depan anak didiknya. Seperti ungkapan guru yang berarti (digugu lan ditiru). Arti dalam bahasa Indonesia kurang lebih seorang guru harus bisa diteladani perkataan dan perbuatannya. Karena mengingat anak adalah peniru yang hebat. Peran guru sangat penting untuk menanamkan rasa cinta tanah air. Mendidik anak sesuai dengan jamannya adalah hal yang sangat benar. Karena sebagai guru, tentu memiliki perbedaan zaman dengan mereka sehingga sebagai pendidik wajib terus belajar, berkreasi dan berinovasi dalam pembelajaran agar tidak terlihat membosankan karena peserta didik kita adalah anak yang lahir di era digital native, artinya, sejak lahir mereka telah bersentuhan dengan komputer.
Tanamkan penggunaan berbahasa Indonesia dengan baik dan benar. Karena bahasa Indonesia adalah jati diri bangsa. Penggunaan bahasa indonesai secara benar merupakan wujud nasionalisme bangsa. Hal ini selaras dengan salah satu butir isi sumpah pemuda tahun 1928 “…kami putra dan putri Indonesia, berbahasa satu bahasa Indonesia”. Jika hal ini sudah diterapkan bukan tidak mungkin akan muncul rasa mencintai, menjaga dan merawat bahasa Indonesia. Berupaya memperkenalkan budaya, suku, bangsa dan ras yang dimiliki bangsa Indonesia dalam setiap aspek pembelajaran. Jangan lupa juga ajarkan peserta didik dengan lagu-lagu daerah, dan makanan khas dari setiap daerah Indonesia yang beragam.
Opini telah memenangkan dalam Kompetisi Mahasiswa Nasional 2022 Oleh FKIP UAD
( Catur Rohmiasih )