PBSI UAD Hadirkan Agus Mahendra Saputra, Duta Kesehatan Mental UGM: Mahasiswa Diajak Seimbang Raih Prestasi dan Jaga Mental

Yogyakarta, 13 Februari 2025 – Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia (PBSI) Universitas Ahmad Dahlan (UAD) menggelar diskusi inspiratif yang mengangkat isu penting di kalangan mahasiswa: keseimbangan antara prestasi akademik dan kesehatan mental. Dalam kegiatan ini, hadir Agus Mahendra Saputra, Duta Kesehatan Mental Universitas Gadjah Mada (UGM) sekaligus penerima beasiswa LPDP, sebagai narasumber utama.
Acara berlangsung penuh kehangatan dan canda, namun tetap sarat pesan mendalam. Mahasiswa PBSI UAD tampak antusias mengikuti sesi demi sesi, mulai dari kisah perjuangan Mahen meraih beasiswa, menghadapi tekanan kuliah, hingga pentingnya menjaga kesehatan mental di tengah tuntutan akademik.
“Saya masuk psikologi awalnya bukan karena passion. Tapi setelah kehilangan anggota keluarga karena bunuh diri, saya sadar betapa pentingnya isu kesehatan mental. Sejak itu saya bertekad jadi psikolog dan membantu orang lain,” cerita Mahen di hadapan peserta.
Sebagai mahasiswa S2 Psikologi Profesi UGM yang sebelumnya menempuh S1 Psikologi setelah sempat berkuliah di kedokteran, Mahen menekankan bahwa tekanan studi adalah hal wajar. Namun, kuncinya ada pada kemampuan mengenali emosi dan mencari cara sehat untuk mengatasinya. Ia menegaskan prinsipnya: “Kalau bisa diselesaikan, selesaikan. Kalau tidak, ya lepaskan.”
Selain membagikan perjalanan akademiknya, Mahen juga menyinggung perannya sebagai Duta Kesehatan Mental UGM. Bersama tim, ia aktif menyelenggarakan pelatihan peer counselor, kampanye edukasi, hingga produksi konten seputar kesehatan mental mahasiswa.
“Kami juga mengelola kanal YouTube Duta Kesehatan Mental UGM yang baru dirintis. Isinya berupa edukasi ringan dan podcast tentang isu kesehatan mental di kalangan mahasiswa,” tambahnya.
Di sisi lain, mahasiswa PBSI UAD tertarik menggali sisi personal Mahen, termasuk ketertarikannya pada dunia literasi. Mahen mengaku pernah bercita-cita masuk Sastra Indonesia saat SMA, bahkan menulis cerpen dan aktif di majalah dinding sekolah. Cerita ini pun menjadi dorongan semangat bagi mahasiswa PBSI yang lekat dengan dunia kepenulisan.
“Dulu saya pengin banget masuk Sastra Indonesia. Tapi takdir membawa saya ke psikologi. Dan sekarang saya tahu, itu jalan terbaik untuk saya,” ucap Mahen, yang disambut tepuk tangan meriah.
Di akhir sesi, Mahen menyampaikan pesan sederhana namun mengena untuk mahasiswa, khususnya Gen Z:
“Prestasi itu penting, tapi jangan lupa merawat diri. Kita semua punya peran menciptakan lingkungan yang ramah kesehatan mental. Kalau tidak bisa jadi orang baik, cukup jangan jadi orang jahat. Itu sudah lebih dari cukup.”
Kegiatan ini menjadi bukti komitmen PBSI UAD untuk menghadirkan pembelajaran yang tidak hanya berorientasi pada akademik dan literasi, tetapi juga mendukung kesadaran mahasiswa akan pentingnya kesehatan mental. Dosen maupun mahasiswa berharap forum semacam ini bisa rutin diadakan agar tercipta generasi pendidik yang tangguh, baik secara intelektual maupun mental.



